Kamis, 24 Mei 2012
Hadits Palsu Tentang Kiamat = Tgl 3 Agustus 2012 ?????
Do you like this post?
Pada tahun ini Bulan Ramadhan akan jatuh pada tanggal 20 juli 2012 [tepat hari jum'at] dan tanggal 15 Ramadhan bertepatan dengan tanggal 3 agustus 2012 [Tepat hari Jum'at juga].
Akankah benar akan terjadi Kiamat pada tanggal 3 Agustus yang jatuh pada hari jum'at itu?
Jawabannya tak ada seorangpun yang tahu. Tapi Bagaimanakah menurut Hadits Palsu yang sempat heboh di dunia maya tersebut.
Simak Penjelasannya berikut ini.
Sebagai Warning, jangan sampai Anda terpengaruh ataupun Terprovokasi!
_______________________________________________________________________
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat diiringi salam
semoga selalu tercurahkan kepada Baginda besar,Nabi Muhammad bin
Abdullah shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan
orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan ajarannya hingga hari
kiamat.
Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan dari beberapa orang seputar
derajat hadits huru-hara akhir zaman yang terjadi pada pertengahan bulan
Ramadhan yang bertepatan dengan hari Jumat.
Maka kami katakan, bahwa para ulama hadits terdahulu maupun yang
hidup di zaman sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang
bahwa hadits-hadits yang berbicara tentang masalah tersebut tidak ada
satu pun yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik
ditinjau dari segi sanad hadits maupun realita yang ada. Bahkan semuanya
adalah hadits-hadits munkar dan palsu yang didustakan atas nama Nabi
shallallahu alaihi wasallam.
Berikut ini akan saya sebutkan teks (lafazh) hadits tersebut dengan sanadnya, serta studi kritis para ulama terhadapnya.
قَالَ نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ
لَهِيعَةَ قَالَ : حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ
الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : “إذا كانَتْ
صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في ذي
القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة
يا سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ
النائم وتقعد القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة
الزلازل ، فإذا صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم،
وأغلقوا أبوابكم، وسدوا كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا
آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا
سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس
فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ)
Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar,
dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab
bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari
Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi
shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara
di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal,
kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan
Dzul Qa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan
Muharram…”. Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau
menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat,
akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang
yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada
malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah
melaksanakan shalat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam
rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan
selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan
adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan
ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb
kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan
selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan
binasa”.
(Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab
Al-Fitan I/228, No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab
Kanzul ‘Ummal, No.39627).
___________________________________________________
___________________________________________________
Derajat Hadits
Hadits ini derajatnya palsu (maudhu’), karena di dalam sanadnya
terdapat beberapa perawi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana
diperbincangkan oleh para ulama hadits. Para perawi tersebut ialah
sebagaimana berikut ini
1. Nu’aim bin Hammad
Dia seorang perawi yang dha’if (lemah),
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/101 no.589)
Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad (sumber asli, pent).”
Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan” (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).
Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran” (Lihat As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).
Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad (sumber asli, pent).”
Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan” (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).
Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran” (Lihat As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).
2. Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah)
Dia seorang perawi yang dha’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Dia mengalami kekacauan di dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/319 no.3563).
3. Abdul Wahhab bin Husain
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Dia mengalami kekacauan di dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/319 no.3563).
3. Abdul Wahhab bin Husain
Dia seorang perawi yang majhul (tidak dikenal).
Al-Hakim berkata tentangnya: “Dia seorang perawi yang majhul (tidak
jelas jati dirinya dan kredibilitasnya)” (Lihat Al-Mustadrak No. 8590)
Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.” (Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani II/139).
Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.” (Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani II/139).
4. Muhammad bin Tsabit Al-Bunani
Dia seorang perawi yang dha’if (lemah dalam periwayatan hadits)
sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Hibban
dan An-Nasa’i.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)”
Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perawi yang tidak ada apa-apanya”(Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136 no.1638).
Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula meriwayatkan darinya” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).
Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya” (Lihat Tahdzib At-Tahdzib, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani IX/72 no.104)
5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.
Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perawi yang tidak ada apa-apanya”(Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136 no.1638).
Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula meriwayatkan darinya” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).
Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya” (Lihat Tahdzib At-Tahdzib, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani IX/72 no.104)
5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.
Dia seorang perawi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh imam Asy-Sya’bi, Abu Hatim dan Ibnu Al-Madini.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perawi yang kuat
(hafalannya, pent)” (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi
II/186 no.370).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi telah mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut paham/madzhab Rafidhah (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu kelemahan” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/146 no.1029).
Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta”
Abu Hatim Ar-Razi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi telah mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut paham/madzhab Rafidhah (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu kelemahan” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/146 no.1029).
Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta”
Abu Hatim Ar-Razi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)
Perkataan Para Ulama Tentang Hadits Ini
Al-Uqaily rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak memiliki dasar dari
hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya), atau
dari jalan yang tsabit (kuat dan benar adanya).” (LihatAdh-Dhu’afa
Al-Kabir III/52).
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Hadits ini dipalsukan atas nama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini palsu (maudhu’).
Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau
menyebutkan beberapa riwayat dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma. (Lihat Silsilah Al-Ahadits
Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak
mempunyai dasar yang benar, bahkan ini adalah hadits yang batil dan
dusta” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin Baz XXVI/339-341).
___________________________________________________
___________________________________________________
Kesimpulan
Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits ini
adalah hadits maudhu’ (palsu). Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran,
dan tidak boleh dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam. Karena disamping sanad hadits ini tidak ada yg dapat diterima
sebagai hujjah, juga realita telah mendustakannya.
Sebab telah berlalu tahun-tahun yang banyak dan telah terjadi
berulang kali hari Jum’at yang bertepatan dengan tanggal lima belas
(pertengahan) bulan Ramadhan, namun kenyataannya tidak pernah terjadi
sebagaimana berita yang terkandung di dalam hadits ini, Alhamdulillah.
Terkait dengan prediksi peristiwa besar yang akan memusnahkan umat
manusia akan terjadi pada hari tertentu, atau malam tertentu, pada bulan
tertentu, tahun tertentu, itu semua tidak bisa dipercaya alias bohong.
Allah swt. sendiri tidak pernah memberitahu hamba-hamba-Nya kapan
peristiwa itu terjadi. Yang pasti, dia akan terjadi, dan bisa jadi sudah
sangat dekat (baca, misalnya, QS. al-Isrâ’ [17]: 51).
Bahkan Nabi Muhammad saw. sendiri tidak diberi tahu oleh Allah kapan
Kiamat akan terjadi. Beliau hanya diberitahu tanda-tandanya. Manusia
bertanya kepadamu, Muhammad, tentang hari Kiamat. Katakan, “Pengetahuan
tentang hari Kiamat hanya ada pada Allah.” Dan tahukah Engkau, boleh
jadi hari Kiamat itu sudah dekat waktunya. (QS al-Ahzâb [33]: 63).
Oleh karena itu, kita dilarang keras menyebarluaskannya kepada orang
lain baik melalui media cetak, maupun elektronik, atau dalam obrolan dan
khutbah kecuali dalam rangka menjelaskan sisi kelemahan, kepalsuan, dan
kebatilannya, serta bertujuan untuk memperingatkan umat darinya.
Jika kita telah melakukan ini, berarti kita telah bebas dan selamat
dari ancaman keras Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu berupa masuk
neraka bagi siapa saja yang sengaja berdusta atas nama beliau, baik
dengan tujuan menjelekkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan
ajarannya, atau dalam rangka membela Nabi dan memotivasi kaum muslimin
untuk bersemangat dalam beribadah kepada Allah.
This post was written by: Blogger Go Blog
Blogger Go Blog is a professional blogger, web designer and front end web developer. Add Friends him on FACEBOOK
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Hadits Palsu Tentang Kiamat = Tgl 3 Agustus 2012 ?????”
Posting Komentar