WELCOME: HOMEPAGE

Selasa, 15 Mei 2012

Perkembangan Kasus Sukhoi

Pengusaha: Sukhoi Itu "Isolated Case"

Kelanjutan dari berita tentang Sukhoi yang sempat menjadi topik berita dari berbagai Media di Indonesia. Dan berikut selengkapnya tentang perkembangan berita tersebut :
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Pasukan Brimob membuat perapian sambil menunggu pasukan lain yang akan menggantikan dalam proses pencarian pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh di Gunung Halimun Salak, Bogor, Jawa Barat. Tim SAR memetakan ulang posisi jatuhnya pesawat setelah melihat bagian sayap dan ekor pesawat Sukhoi Super Jet 100 dari jalur pendakian Kampung Pasir Manggis, Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5/2012).


BOGOR, Blogergoblok.blogspot.com - Pengusaha penerbangan James T Riady berpendapat bahwa peristiwa kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang terjadi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012), terjadi karena faktor kesalahan manusia.
"Itu pesawat yang baik. Pesawat dari pabrik yang terbukti sudah lama. Dugaan saya kemungkinan besar itu adalah human error," sebut James, di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (15/5/2012).
Lalu, dia pun meyakini bahwa kecelakaan pesawat buatan Rusia tersebut adalah suatu pengecualian yakni sesuatu yang seharusnya tidak terjadi tetapi terjadi. Jadi, menurut James, kecelakaan pesawat tersebut tidak bisa menyimpulkan bahwa pesawat SSJ100 adalah pesawat yang tidak bagus. "Saya yakin soal Sukhoi ini suatu isolated case. Artinya bukan suatu hal yang semestinya tidak terjadi tapi terjadi," pungkas dia yang merupakan pemilik usaha jasa helikopter Air Pacific Utama.
SSJ100 merupakan pesawat buatan Rusia yang diklaim hemat dalam bahan bakar. Hal itu dibuktikan dengan penggunaan sayap generasi ketiga dari supercritical airfoil dan aerodinamis lokal yang sangat baik. Dikombinasikan lagi dengan kontrol pesawat yang seimbang dengan sempurna dalam mode autopilot. Berat pesawat yang sempurna dan penggunaan mesin SaM 146 juga didaulat mengurangi konsumsi bahan bakar per kursi sebesar 10 persen dibandingkan para pesaingnya.
Pesawat ini dibuat dengan kapasitas 75-95 tempat duduk dan jarak jelajah 3.000-4.500 kilometer. Pesawat ini pun berada di kelas yang sama dengan Embraer E-170 yang diproduksi Brasil dan Bombardier CRJ-700 yang dibuat Kanada. Dalam pembuatan SSJ 100, Sukhoi menggandeng beberapa perusahaan dirgantara seperti Alenia Aeronautica dari Italia, Thales dan Snecma dari Perancis dan Liebherr dari Swiss. Tak luput pula Boeing dari Amerika Serikat digandeng sebagai konsultan. Sukhoi berkonsultasi dengan Boeing dalam hal desain, manufaktur, sertifikasi, sistem, manajemen suplai, pemasaran hingga dukungan purna jual.
Dengan segala kecanggihannya, SSJ 100 pun menawarkan kelebihan dengan memasang harga lebih rendah daripada pesaingnya, yakni sekitar 31,7-35 juta dollar AS per unit. Mungkin karena pertimbangan karakteristik pesawat tersebut dan harganya membuat sejumlah maskapai di Indonesia tertarik untuk membelinya. Sky Aviation telah memesan sebanyak 12 armada SSJ100, Kartika Airlines memesan 30 armada, dan Queen Air memesan enam armada. 

Sumber : Kompas.com

0 Responses to “Perkembangan Kasus Sukhoi”

Posting Komentar

All Rights Reserved Belajar~Ngeblog